Rabu, 17 Juni 2009

BELAJAR FISIKA GAMPANG, ASIK DAN MENYENANGKAN

fisika !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Fisika sering disebut sebagai salah satu pelajaran yang sulit, bagaimanakah cara belajar fisika yang mudah dan tidak membosankan sehingga fisika dapat menjadi pelajaran yang diminati?

Siaran Iptek Voice hari Selasa 23 Desember 2008 pukul 08.30-09.00 WIB membahas topik: Fisika Gampang, Asyik dan Menyenangkan (Gasing) , narasumber Hari Juliata Priyadi, fisikawan, Surya Institut.

Hari menyatakan bahwa fisika gasing pertama kali dicanangkan oleh Prof. Yohanes Surya, beliau seperti yang kita kenal adalah tokoh yang membawa tim olimpiade fisika Indonesia ke dunia Internasional. Dari sepak terjang beliau inilah kebanyakan orang berpandangan bahwa ilmu fisika hanya menjadi milik orang-orang yang ber-IQ tinggi saja, namun sebenarnya tidak demikian. Ilmu Fisika juga erat kaitannya dengan disiplin-disiplin ilmu lainnya seperti bidang teknik, science bahkan ekonomi dengan adanya cabang ilmu baru yaitu fisika ekonomi. Jadi fisika gasing intinya adalah menyebarkan atau membuat fisika menjadi gampang dan manyenangkan untuk semua kalangan, tidak terbatas untuk kalangan-kalangan yang ber-IQ tinggi saja.

Sebagai salah satu contoh adalah tokoh dunia yang sangat terkenal Thomas Alfa Edison. Dalam kehidupan akademisnya Thomas kurang bagus, tetapi beliau bisa menjadi orang nomor satu karena hasil penemuannya. Dengan fisika gasing ini diharapkan anak yang tidak kelihatan pintar bisa kelihatan, dengan kata lain fisika gasing menjembataninya sehingga fisika yang dulunya merupakan sutu hal yang menyeramkan menjadi tidak menyeramkan dan menyenangkan yaitu dengan cara tidak memperlihatkan rumus-rumus.

Surya Institut dalam hal mewujudkan fisika gasing ini menggunakan teknologi jaman sekarang atau biasa disebut Teknik Informasi dan Komputer. Materi-materi dari fisika yang tidak menyenangkan digali dan diolah kembali dengan cara menghubungkan software atau piranti lunak pendidikan dengan alat peraga. Sehingga siswa / murid akan cepat mengerti dengan cara adanya sebuah visualisasi gambar yang menarik.

Hari juga menambahkan bahwa pada dasarnya pengajaran fisika gasing tersebut tidak sepenuhnya tergantung dari alat peraga dan multimedia. Akan tetapi bisa menggunakan alat sederhana yang lebih powerfull apabila ada murid yang tidak menyerap materinya. Fisika gasing ini sendiri juga tidak hanya diajarkan kepada siswa/murid saja, melainkan juga kepada para orang tua dan guru yang sebenarnya bukan mengajar di bidang fisika. Hal ini dikarenakan agar fisika gasing ini sendiri diharapkan bisa mengena ke semua lapisan, bukan kalangan-kalangan tertentu saja.

Di dalam fisika gasing ini sebenarnya ada juga istilah multi level education. Istilah ini digunakan karena dalam penyebaran ilmu melalui fisika gasing ini, orang-orang yang telah menerima pelatihannya diharapkan dapat menyebarkan fisika gasing ini ke orang yang lainnya. Pada prinsipnya hal ini seperti MLM (Multi Level Marketing) akan tetapi yang menjadi perbedaannya ini adalah kegiatan sosial yang menyebarkan ilmu pengetahuan khususnya fisika dengan metode pembelajaran fisika gasing tanpa memerlukan biaya yang sangat tinggi. Untuk membantu penyebaran tersebut orang-orang yang telah mengikuti pelatihan diharapkan untuk dapat mengunduh LKS di milis fisika gasing dan mengajarkannya kepada yang lainnya. Untuk mengunduhnya kita bisa mendatangi alamat website Surya Institute terlebih dahulu di www.suryainstitute.org .Untuk mendapatkan pelatihan dari Surya Institute diperlukan kurang lebih 20 orang dalam satu kelas, hal ini bertujuan agar fisika gasing ini lebih efektif dan efisien.

Harapan kedepan dari penerapan fisika gasing ini sendiri menurut Hari agar kedepannya nanti fisika tidak lagi jadi momok yang menakutkan kembali, dan semua orang menjadi mengerti tentang ilmu fisika. Tidak semua orang harus menjadi fisikawan tapi dengan profesinya masing-masing orang menggunakan metode fisika gasing ini.

Sahabat Iptek...simak terus informasi Iptek yang menarik dan berguna lainnya dari narasumber pakar dibidangnya pada siaran radio IPTEK VOICE langsung dari studio mini Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Gedung BPPT II lt.8, Jl. M.H.Thamrin 8, Jakarta setiap hari Selasa pukul 08.30-09.00 WIB dan Kamis pukul 16.30-17.00 WIB di RRI Pro2 FM Jakarta 105.0 FM)

Fisika Lebih Menyenangkan Dengan Imajinasi

Itulah sepatah kata yang pernah dikatakan oleh Einstein. Berbicara tentang fisika dapat menimbulkan tanggapan yang beragam. Bukan gosip lagi kalau fisika merupakan salah satu "hantu" yang ditakuti oleh banyak pelajar, baik itu di tingkat menengah, umum, dan bahkan di perguruan tinggi. Sebagian orang menghafalkan rumus-rumus fisika layaknya buku sejarah tanpa menyadari maknanya. Ada juga yang pasrah karena menganggap fisika hanyalah milik orang-orang yang serius, cerdas, gila matematika, dan pada umumnya "kurang gaul". Bahkan, tidak sedikit yang beranggapan bahwa menjadikan fisika sebagai karir hidup adalah pilihan yang salah karena "masuknya" mudah tapi "keluarnya" susah. Dengan kata lain, menjadi mahasiswa fisika tidaklah sulit tapi lulusnya setengah mati dan kerjanya paling-paling menjadi guru atau kalau beruntung bisa menjadi dosen.

Beberapa pelajar mengagumi fisika karena membaca berita mengenai keberhasilan tim olimpiade fisika atau membaca buku tentang kehidupan para ilmuwan besar. Sayang, banyak juga yang hanya sebatas mengagumi tidak sampai menghayati atau mendalami fisika. Seringkali orang yang menguasai fisika dianggap sebagai orang "keren" sekaligus "aneh" karena mau belajar sesuatu yang sulit, padahal kalau jadi pengusaha bisa kaya-raya. Persepsi-persepsi demikian mengakibatkan masyarakat umum cenderung menggemari ilmu lain seperti metafisika. Disaat negara-negara lain berusaha untuk menyadarkan masyarakatnya agar tidak "gatek" alias gagap iptek negara kita melalui beberapa media massa tampaknya bekerja keras meyakinkan masyarakat agar tidak "gagib" atau gagap gaib. Padahal, penyampaian informasi ini menggunakan aplikasi fisika dan elektronika. Singkatnya, menemukan orang yang menyukai fisika bagaikan mencari jarum pentul didalam tumpukan jerami.

Banyak sekali pelajar atau mahasiswa yang sabar menunggu penayangan rumus-rumus fisika di papan tulis, kemudian mengerjakan soal-soal fisika. Dari pengalaman, soal-soal tersebut diselesaikan dengan cara "gotong-royong" karena hanya sedikit orang yang bisa atau mau mengerjakannya. Keberhasilan pengajaran tidak jarang didasarkan atas kemampuan mengerjakan soal-soal ujian akhir, bukan pada penguasaan makna fisis dari rumus tersebut.

Sebagai contoh, hampir semua orang di kelas tahu hukum kedua Newton, F = m.a, tetapi mungkin tak pernah terbayangkan bahwa rumus tersebut dapat menceritakan mengapa orang-orang gendut lebih suka main tarik tambang daripada lari 100 meter. Kemudian, siapa yang tak mengenal persamaan terkenal Einstein E = mc2 ? Sayang, sedikit sekali orang yang mengetahui bahwa massa sebuah buku fisika dasar mengandung energi yang dapat membawa suatu wahana antariksa ke bulan!

Salah satu penyebab persepsi negatif tentang fisika adalah bahwa ilmu tersebut seringkali diajarkan tanpa penghayatan sehingga terasa menyebalkan. Padahal, melalui fisika kita dapat mengetahui banyak hal. Seorang pelajar yang mulai mempelajari ilmu ini tidak perlu jauh-jauh mengunjungi laboratorium untuk melihat fenomena fisika. Kapanpun dan dimanapun ia dapat berimajinasi (menghayal) tentang lingkungan sekitarnya. Keindahan warna bunga yang tampak oleh mata, musik yang terdengar nyaman di telinga, air terjun yang memikat, aliran angin yang sejuk, adalah sedikit contoh dari fenomena fisika sehari-hari. Penjelasan bahwa setiap warna memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda dan bahwa benda-benda menyerap serta meradiasikan panjang gelombang tertentu sehingga sampai ke mata kita, dapat dibaca dalam buku fisika. Akan tetapi seringkali orang tidak peduli dengan penjelasan itu karena tidak berimajinasi sehingga ia lupa akan keindahan alam dan tidak memiliki rasa ingin tahu.

Imajinasi lahir dari lingkungan yang mendukung seseorang agar memikirkan berbagai fenomena disekitarnya. Jika masyarakat sekitar atau keluarga di rumah tidak menghargai kebebasan berpikir maka daya imajinasi sulit untuk berkembang. Hampir semua fisikawan terkenal adalah orang-orang yang suka berimajinasi dan seringkali dikatakan sebagai pemikir "radikal" karena dianggap aneh oleh lingkungan yang seringkali bersifat dogmatis. Einstein adalah contoh populer dari orang yang suka berimajinasi dan mengembangkannya. Ia membayangkan bagaimana seandainya ia dapat bergerak dengan kecepatan cahaya. Pemikiran aneh ini menghasilkan teori relativitas khusus yang sampai kini masih digunakan. Hal yang sama dilakukan oleh Newton. Kalau saja ia tidak suka melamun dibawah pohon apel mungkin hukum gravitasi universalnya tidak ditemukan sampai berpuluh-puluh tahun kemudian.

Melalui imajinasi, kesadaran untuk mengamati fenomena alam dan membaca buku-buku fisika akan muncul dengan sendirinya. Sebagai contoh, molekul air (H2O) terdiri atas dua buah atom hidrogen dan sebuah atom oksigen. Kita tentu tidak mungkin melihat molekul air dengan mata telanjang. Akan tetapi, kita bisa berimajinasi bahwa molekul-molekul tersebut berukuran kecil sekali sehingga tak tampak. Oleh karenanya, jumlah molekul yang menyusun suatu benda haruslah sangat banyak. Melalui imajinasi kita tergerak untuk mempelajari bahwa satu mol molekul air (yang beratnya sekitar 18 gram) mengandung sekitar 6 x 1023 molekul. Jadi, satu sendok air ternyata terdiri atas sekitar 1022 molekul. Jumlah itu sangatlah besar. Jika seluruh penduduk indonesia diberi tugas untuk menghitung satu per satu molekul berbeda tiap 5 detik maka itu membutuhkan waktu bermiliar-miliar tahun!

Fisikawan tidak membuat rumus-rumus untuk dihafalkan atau ditulis pada telapak tangan. Rumus-rumus dibuat untuk memahami fenomena-fenomena alam dalam bentuk yang ringkas, indah, universal, dan berguna untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut fenomena tersebut. Memang, fisika tidak mungkin terlepas dari matematika. Tanpa definisi matematis, fisika sangat sulit dikembangkan dan dimanfanfaatkan sebagai teknologi. Meskipun demikian, untuk mempelajari dasar-dasar fisika seseorang tidak perlu menjadi "gila" matematika ataupun menjadi serius dan takut tak dapat pacar karena "kurang gaul". Belajar fisika memang tidak mudah, tapi dengan melepaskan diri dari pemikiran yang dogmatis dan keinginan untuk berpikir bebas, imajinasi akan muncul dan bisa menjadi petualangan yang menyenangkan bagi siapapun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar